TULIS 2011

By | Rabu, Desember 14, 2011 1 comment


Setelah sukses menggelar acara open reqruitmen angota FLPJ 2011 pada tanggal 13 November yang lalu, pekanan perdana FLPJ menjadi acara yang paling dinanti sebagai momen awal penyambung tali silaturahmi antara sahabat baru FLPJ dengan para anggota FLPJ.
Taman Arboretum Unpad dirasa menjadi pilihan paling ciamik saat itu. Selain menyediakan ruang yang cukup luas, Arboretum juga menyajikan panorama alam yang subhanallah sekali ^^, dan di tempat inilah, alam seakan menjadi saksi bagi indahnya ukhuwah yang terjalin diantara anak adam pagi itu.
Sebenarnya, tidak terlalu banyak kendala yang dihadapi dalam acara pekanan kali ini kecuali tanah basah yang tidak mungkin diduduki para peserta akibat embun pagi sehingga membuat kami sedikit kelimpungan mencari bala bantuan berupa alas duduk yang mengakibatkan acara ngaret hampir satu jam (duuhh.. mav ya sahabat, diluar rencana banget lhoo ^^). Alhamdulillah sekali, keberadaan kang Rahman sebagai logistic sejati FLPJ sangat membantu. Thanks a lot juga buat teh imay yang udah minjemin karpet (duh, masih kotor teh karpetnya.. ntar dibantuin nyucinya deh hehe).
Tepat menginjak pukul 10, acara pematerian pun dimulai.
Saatnya merapatkan saf kawan ^^d
Kali ini pematerian diisi oleh Pak Irvan, beliau merupakan salah satu anggota Dewan Pertimbangan Pusat FLP. Dan lagi-lagi nama kang Rahman harus disebut namun untuk jobdesc yang berbeda, yaitu sebagai moderator. Semangat kang, hehe =P

Berikut resume pematerian TULIS 2011
Selamat memetik hikmah sahabat ^^
Pembicara: Pak Irfan Hidayatullah
Menulis merupakan salah satu cara untuk merefleksikan segala hal, terlepas dari formalitas jenis tulisan yang dibuat pada dasarnya setiap orang mampu untuk menulis, meski hanya sekedar catatan harian, status facebook, menulis memo, mengetik sms, atau bahkan secara verbal pun-disampaikan secara langsung tanpa melalui penulisan seperti curhat, ngomel, dan lain sebagainya- merupakan salah satu refleksi dari kemampuan kita menyampaikan sesuatu yang juga analog dengan menulis.
Setelah itu pertanyaan muncul, menulis itu memerlukan ide dan inspirasi untuk memulainya. Bagaimana membuat tulisan berkualitas, atau apakah saya cukup berbakat untuk menulis? Mengingat bahwa semua orang mampu untuk menulis maka ide untuk menulis itu sangat luas dan berserakan dimana-mana. Ide itu akan menjadi matang ketika seorang penulis mampu menjadikan hal hal kecil dan sederhana menjadi sangat besar dan luar biasa dalam tulisannya.
Seorang penulis hebat tidak harus melewati pendidikan formal dunia penulisan, lantas bagaimana menggali potensi diri dalam dunia tulis menulis? Haruskah saya bergabung dengan FLPJ? Bakat setiap orang itu berbeda-beda begitu pula seleranya. Ada orang yang lebih menyukai film bergenre action, ada yang suka film horor, ada yang suka thriller, ada juga yang tidak suka film karena lebih nyaman menonton sinetron atau acara infotainment misalnya. Dunia penulisan pun sama, tidak semua orang memiliki selera yang sama, ada yang jatuh cinta pada novel, ada yang menyukai cerpen, ada yang merasa lebih ekspresif dengan membaca dan membuat puisi, pantun, prosa, cermin (cerita mini), atau karya tulis yang lebih ilmiah seperti paper, poster-poster hasil riset, dan lain sebagainya. Bakat, sejatinya bisa digali dengan berlatih giat secara formal maupun otodidak, namun semua potensi yang kita miliki akan terasa lebih mudah digali bila media lingkungan disekitar kita memiliki support yang sama dengan passion yang kita miliki untuk menulis.
Maka, FLP jatinangor bisa dikatakan sebagai ‘inkubator kreativitas’ mengapa? Karena didalamnya berisi orang orang yang sinergis dengan passion tulis menulis. Menulis dan menghasilkan tulisan yang berkualitas tentunya memerlukan proses yang tidak instan. Perlu waktu, latihan, dan kepercayaan diri. Melalui ‘inkubator kreativitas’ ini kita diajak bertamasya dalam proses inkubasi berlatih bersama mengembangkan kreativitas dan imajinasi kita dalam menulis. Sehingga kedepannya setiap penulis menyadari bahwa ternyata saya mencintai dunia tulis menulis dan saya ternyata jatuh cinta pada jenis tulisan seperti ini, gaya penulisan yang begini, saya merasa tenang ketika waktu luang saya diisi dengan menulis ini, dan lain sebagainya.
Seorang penulis itu orang yang bebas dan merdeka, karena tak ada yang mampu menekannya. Dia bisa bercerita, tertawa, menangis, marah, dan tersenyum senyum sendiri melalui tulisannya. Bisa mengenal lebih dekat seorang kerabat yang sangat jauh sekalipun belum pernah berjumpa. Bisa berkelana ke belahan dunia manapun tanpa mampu ditekan dimensi ruang dan waktu karena imajinansinya yang begitu mempesona melalui permainan kata kata yang menjadi kekuatannya.
Seorang antropolog Kanada Camilla Gibb pernah menulis novel best seller internasional yang cukup fenomenal meraih tiga penghargaan sekaligus pada tahun 2006 satu setahun setelah novelnya diterbitkan. Novel tersebut merupakan novel ketiganya yang berjudul Lilly dengan judul asli sweentness in belly berlatar belakang negara Etiophia, suatu negara miskin di Afrika timur. Novel ini menceritakan tokoh utama dalam novel bernama Lilly seorang wanita keturunan Eropa yang dibesarkan di Ethiopia. Disana Lilly diasuh oleh seorang sufi bernama Abdal Akbar asal Maroko setelah orang tua gadis kecil ini meninggal dunia di usia yang sangat belia delapan tahun dan mengajaknya hijrah ke Etiophia. Dari sana dia mengenal Islam, mengenal keindahan dan kehangatan di dalamnya. Dia meninggalkan Ethiopia ketika terjadi bencana kelaparan, disaat cintanya pada negeri yang tandus itu bersemi dan dia pun harus berpisah dari Dr. Aziz Abdulnasser lelaki idealis yang mengisi hatinya. Yang menarik dari novel ini adalah bagaimana karakter Lilly yang begitu kuat dan sangat fenomenal, dan keberanian Camilla gibb untuk melakukan riset selama 1.5 tahun di Ethiopia, dia belajar mengaji, shalat, dan Islam disana meskipun beliau belum mendapat hidayah dan tetap memeluk agamanya tapi pesan moral yang begitu mendalam dan kritik yang ia berikan kepada negara barat waktu itu yang kerap mendiskreditkan islam di tahun 2005 patut diacungi jempol. Perjuangan Gibb melalui karakter Lilly menunjukan bahwa Islam sangat membela dan menjunjung tinggi hak kaum perempuan.
Camilla Gibb melewati masa inkubasi selama satu setengah tahun untuk membukukan risetnya melalui interpretasi dan kontempleasi mendalam. Dari sini kita dapat melihat sebuah karya fiksi tidak selamanya berupa imajinasi, sebuah data riset ilmiah melalui sentuhan seorang penulis dapat menjadi tulisan sastra yang berkualitas.
Disela-sela acara, salah seorang sahabat akhwat bertanya:
Ada seorang penulis yang mampu memberikan suatu perubahan besar meskipun ia belum pernah sama sekali berkecimpung di dunia penulisan, dan di sisi lain ada penulis yang telah menekuni dunia penulisan dalam waktu yang lama namun belum mampu menghasilkan suatu karya masterpiece yang laris (best seller), lantas bagaimana dan seperti apa parameter dan variable yang dilihat dari keberhasilan yang dicapai seorang penulis? Parameter apakah yang dapat dilihat bahwa seorang penulis itu telah berhasil?
Sesungguhnya variabel keberhasilan dan kesuksesan seorang penulis itu bergantung pada paradigma si penulis itu sendiri. Bisa saja beragam,dari karyanya atau seberapa banyak pembaca yang menyukai karyanya, atau bisa saja dari sebuah tulisan yang berhasil selesai ditulisterlepas dari tulisan itu mau diterbitkan atau tidak, atau bahkan ketika seorang penulis selesai memberikan titik akhir kalimat terakhir dalam paragraf terkahir penulisannya itupun bisa dikatakan berhasil atau dia berhasil menyelesaikan tulisannya dan ada ekstase tersendiri bagi beberap orang.Namun terkadang muncul keraguan bila membicarakan parameter keberhasilan dalam penulisan, ketika suatu target yang diimpikan tidak tercapai maka akan mendatangkan kekecewaan namun mengerjakan sesuatu tanpa tujuanpun terkadang menjadi tidak bermakna. Maka konsep yang paling baik dalam menafsirkan parameter keberhasilan untuk menulis adalah niatkanlah usaha menulis semata mata untuk beribadah kepada Allah, bila parameter yang ingin kita capai adalah ridho dariNYA setiap tulisan yang kita tulis adalah suatu kemerdekaan, keberkahan, dan keberhasilan tersendiri bagi sang penulis.
Seorang sahabat ikhwan bertanya, saya ingin menulis sesuatu yang saya sendiri masih ragu apakah tulisan saya ini memiliki genre dalam dunia penulisan. Tulisannya berupa kejadian yang saya alami di dunia nyata dan memberi hikmah tersendiri bagi saya, dan ingin saya rangkum dan tuangkan dalam bentuk tulisan, tulisannya ini ingin saya tulis dalam bentuk fiksi dalam bentuk entah novel, cerpen dan sejenisnya, dan tentunya dakwah. Apakah ada jenis tulisan seperti itu?
Sebenarnya jenis jenis tulisan itu sangat dinamis dan saling bersinggungan satu sama lain, jadi bila kita membicarakan jenis tulisan dalam ranah penulisan yang lebih formal kita akan mengenal karya karya itu dalam klasifikasi yang umum diketahui seperti fiksi, non fiksi, novel, cerpen, dan sebagainya. Tapi tulisan itu adalah suatu seni yang sangat majemuk dimana semua elemen dapat saja ada didalamnya, kita keluar dari dunia penulisan, mari kita coba perhatikan seni yang ada diluar penulisan. Saat pertama kali orang jaman dulu tidak ada yang tahu bahwa cerita kabayan itu termasuk apa, tidak tertulis dan tidak tahu siapa yang menciptakan tapi saat ini cerita cerita seperti itu masuk ke dalam cerita rakyat atau hikayat.Pertama kali walt disney datangmembawa hiburan ke tengah masyarakat konsep itu tidak ada yang tahu namanya apa, jenisnya apa karena betul betul baru.Tapi terlepas dari itu semua ketika kita berada dalam dunia penulisan yang begitu kompleks dan beragam, lupakan teori teori klasik yang membuat pikiran kita terbelenggu dalam batas yang terbatas, biarkan dia bermain dengan imajinasinya menginterpretasikan makna yang akan ditulis. Untuk penulisan seperti yang ditanyakan tadi sebetulnya ada seperti tulisan dakwah, chicken soup dan sejensinya. Tapi terkadang kita perlu banyak bereksplorasi dan bereksperimen dalam berlatih, cobalah buat dua tulisan yang satu bergenre dakwah dan satu lagi karya non-fiksi seperti cerpen atau novel misalnya karena bisa saja ada orang yang hanya menyukai tulisan dakwah anda tapi ada juga orang yang menyukai novel atau cerpen anda, selamat bereksperimen.
Menjelang akhir acara yang memang sangat singkat salah seorang sahabat ikhwan kembali ingin bertanya karena memang begitu menarik dan asyiknya diskusi hari itu, beliau menanyakan bagaimana pandangan penulis (dalam hal ini pembicara) dalam melihat kemajuan teknologi yang terkadang merubah pola pikir, pola baca, dan pola konsumsi masyarakat dalam dunia penulisan. Karena bila melihat orang ada yang suka baca buku dalam hard cover, tapi sekarang dengan pesatnya teknologi dan aksesabilitas semakin tanpa batas dimana orang bisa saja membacanya dalam bentuk softcopy dimanapun melalui ipod, ipad, iphone, itouch, dan sejenisnya. Lantas apakah hal hal semacam ini akan mengusik semangat para penulis untuk berkarya?
Dunia penulisan itu dinamis dan tentu saja sinergis dengan perkembangan, bila melihat perkembangan teknologi sebetulnya, kemajuan dan perkembangan itu justru membuat segala sesuatu menjadi efektif, mudah, dan pragmatis. Jadi sebetulnya kemajuan dunia penulisan semakin maju dengan berkembangnya teknologi, bisa saja dimasa depan seorang penulisa tidak perlu mengetk, mencorat coret dan sejenisnya, cukup tempelin kabel di jidat disambungkan ke monitor atau port yang ada di komputer tinggal dipikirkan apa yang mau ditulis dan.. ups ‘sesuatu’ sekali tulisan muncul dimonitor sesuai dengan apa yang dipikirkan. Semuanya menjadi terasa mudah dengan menulis, namunkendala yang dihadapi penulis adalah masalah piracy (pembajakan) besar besaran yang akan dialami karena kemajuan teknologi juga memajukan bidan lain salah satunya pembajakan yang bisa mempengaruhi royalit penulis karena orang banyak yang lebih memilih hal hal yang seperti ini.
Seorang penulis selalu mampu bermain dengan imajinasinya, ketika kita dihadapkan dengan tantangan untuk menulis sesuatu yang berbau historis hanya penulis yang mampu menciptakan mesin waktu untuk terbang dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya ke dimensi yang diinginkan.lihat novel novel yang menceritakan sejarah kerajaan kerajaan di Indonesia, lihat bagaimana Hermawan Aksan mampu menceritakan detilnya eksotika keagungan bangunan dan pelataran halaman kerajaan majapahit dari novelnya Dyah Pitaloka (Korban Ambisi Politik Gajah Mada).Atau bahkan Camilla Gibb yang menceritakan detilnya kota Harrar kuno di Ethiopia dan melakukan riset selama 1.5 tahun.
Atau bahkan tanpa perlu mengunjungi kota sekalipun seperti halnya novel novel biografi menceritakan suatu sejarah suatu kota tempat kelahiran seseorang tentu akan sangat memberatkan karena kita harus ke sana dan memerlukan pengeluaran yang tidak sedikit, tapi bila kita mencoba menganalisis dan mempelajari gagasan tokoh biografi yang akan diceritakan tentunya akan lebih menarik lagi. Bulan Januari nanti buku Pak Irfan mengenai biografi Hassan Al banna akan terbit. Segera serbu ke toko buku ya sahabat ^^..
Subhanallah sesuatu sekali…
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

1 komentar: